Nasehat Muslim
Menjadi terkenal, tenar, di sanjung di mana-mana, mempunyai nama
nan harum lagi membanggakan memang diinginkan nafsu manusia pada umumnya. Akan
tetapi, jalan menuju popularitas selalu dipenuhi dengan bahaya. Popularitas
mengandung bencana yang kadang mendorong seseorang menjual agamanya demi meraih
popularitas semu. Islam menganjurkan sikap tawadhu’ dan meninggalkan sikap
senang ditonjolkan.
Dari Abu hurairah Radiallahu ‘anhu marfu’ :
“banyak orang yg kusut penampilannya dan
tidak disukai bila bertamu, namun andaikata ia bersumpah atas nama Alloh,
niscaya Alloh mengabulkan sumpahnya.”
Al hafidz berkata, hadist ini mengandung ajaran agar
meninggalkan sifat menyukai kepemimpinan dan ketenaran serta mengutamakan
penampilan bersahaja dan tawadhu’.
Dampak negatif popularitas yaitu Seseorang beramal
sholih dengan tujuan meraih dunia, bukan untuk meraih ahirat.
Beramal sholih dengan tujuan dunia merupakan
bentuk kesyirikan. Seseorang menggunakan agamanya untuk ambisi dunia
adalah diharamkan, contohnya, seseorang melakukan jihad agar mendapatkan
beludru sutra(rampasan perang), juga termasuk di dalamnya yaitu melakukan sholat
dhuha agar banyak hartanya, berdiri sholat malam agar ujiannya berhasil dll.
Kesemua ini diharamkan. Sementara yang diperbolehkan yaitu, seseorang melakukan
sholat, puasa, dan ibadah lain
semata-mata ikhlas karena Alloh. Sementara itu, dalam rangka menginginkan agar
cita2nya berhasil, maka dia bisa memperbanyak doa akan kebutuhannya tersebut di
waktu-waktu diterimanya doa seperti waktu sepertiga malam terahir, setelah
sholat, waktu turun hujan, dll.
Alloh berfirman: Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami penuhi balasan amal
mereka di dunia pula, sedangkan mereka di dunia tidak dirugikan. Itulah orang2
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Hud : 15-16).
Dan tafsirnya; Ibnu Abbas berkata, barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia, yaitu balasan amalnya di dunia berupa
hasil duniawi dan perhiasannya;”niscaya kami penuhi mereka”,
yakni kami penuhi balasan amal mereka berupa kesehatan, kegembiraan bersama
keluarga, harta, dan anaknya; “dan
mereka di dunia tidak dirugikan”, maksudnya tidak dikurangi pahalanya.
Menurut ahli tafsir, maksud “musnahlah
apa yang mereka perbuat di dalamnya.” Adalah, di akhirat kelak segala
yang telah mereka perbuat itu musnah dan mereka tidak mendapat balasan dari
amalan sholihnya.
Betapa meruginya. (Kita berlindung kepada Allah dari amalan
yg tidak diterima). Agar kita selamat, hendaklah melakukan ketaatan pada Allah
dengan mengharap pahala dari Allah, meninggalkan kemaksiatan berdasarkan
petunjuk Allah karena takut hukuman Allah.
Tulisan ini disusun oleh : Ummu Ahmad
Tulisan ini disusun oleh : Ummu Ahmad
Nasehat Muslim
http://www.nasehat-muslim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar