Ramadhan akan segera berlalu. Bulan dimana begitu banyak kesempatan meraih pahala, ampunan, serta keutamaan di sisi Allah Ta’ala, akan segera meninggalkan kita. Sudah sewajarnya kita merasa bersedih dan merasa kehilangan, akankah kita bisa bertemu lagi dengan bulan yang banyak keutamaan ini?
Bisa jadi ini Ramadhan terakhir kita?? (Hanya Alloh saja yang tahu). Akan tetapi, perlu kita ingat bersama bahwa Allah Ta’ala senantiasa membuka pintu-pintu kebaikan kepada hamba, yang kebaikan itu akan mendatangkan cintaNYA kepada hambaNYA.
Dalam hadist qudsi Alloh berfirman:
“Dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan segala ibadah yang sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR. Al Bukhori)
Puasa memang mempunyai banyak keutamaan, bahkan Alloh mengkhususkan puasa dari ibadah-ibadah lainnya karena kedudukan dan keutamaannya.
“Semua amal ibadah anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, maka puasa adalah untukKu dan Aku yang akan memberikan balasannya.” (HR. Bukhori (1904), Muslim (1151)).
Sedangkan keutamaan lainnya, disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
”Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. (HR. Bukhori (2840), Muslim (1153)).
”Berpuasalah, karena puasa tidak ada tandingannya.” (HR. An Nasai, Ahmad, Ibnu khuzaimah, shahih)
Disamping puasa wajib di bulan Ramadhan, banyak puasa sunnah yang bisa kita lakukan sebagai sarana mendekatkan kita pada Allah Ta’ala sehingga Allah Ta’ala mencintai kita. Diantaranya puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah), hari Asyu’aro (10 Muharram), bulan Sya’ban, 6 hari di bulan Syawal, puasa hari Senin dan Kamis, puasa 3 hari di tiap bulan Hijriyah (hari2 putih) yaitu tanggal 13,14,15, bulan Hijriyah dan puasa Nabi Dawud. Pada kesempatan ini, kita bahas akan anjuran serta keutamaan puasa 6 hari di bulan Syawal.
Dari Abu Ayyub al Anshori rodhiyallohu ‘anhu, Nabi bersabda:
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu ia mengiringi nya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun.” (HR. Muslim, Abu dawud, Ahmad, dll).
Kapankah pelaksanaan puasa syawal tersebut? Apakah di awal? Ataukah di akhir? Haruskah berturut-turut?
Enam hari di bulan syawal ini, yakni “mengiringi ramadhan” yaitu bisa dilakukan di awal bulan Syawal, bisa dilakukan di akhir Syawal, Rasulullah tidak mengatakan 6 hari pada awal bulan Syawal juga tidak mengatakan 6 hari pada ahir bulan Syawal.
Juga tidak ada dalil yang menunjukkan disunnahkan berpuasa secara berurutan kecuali sesuai keumuman perintah untuk bersegera dalam kebaikan yang sifatnya longgar sampai selesai bulan Syawal.
Bagi yang mempunyai hutang berpuasa Ramadhon, maka lebih didahulukan mengqodho puasa wajib baru kemudian melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal. Wallohu ‘alam.
Disusun oleh: Ummu Ahmad.
Lihat : Maraji’ : Puasa Sunnah Hukum Dan Keutamaannya (Shiyam at tathawwu, fadhoil wa ahkam),penulis: Usamah Abdul Aziz, penerbit: Darul Haq Jakarta: 2004).
Nasehat Muslim; http://nasehat-muslim.blogspot.com/
Subhanallooh,
BalasHapusblog yang sarat akan manfaat didalamnya...
teruskan perjuangan mu wahai saudaraku..
mudah2n kaum muslimin dapat mengambil manfaatny..
barokalloohu fiikum..
izin share ya
BalasHapus@proud to be a moslem:
BalasHapusaamiin,syukran
@cahaya hati:
silakan, terimakasih ,,