Nasehat Muslim
وَعَنْ أَبِي
مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَدْعُو: «اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ
بِهِ مِنِّي، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي، وَخَطَئِي وَعَمْدِي،
وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْت وَمَا أَخَّرَتْ،
وَمَا أَسْرَرْت، وَمَا أَعْلَنْت، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ
الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ»
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1462. Dari Abu Musa Al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu berkata,
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berdoa, "Ya Allah, ampunilah
kesalahanku, kejahilanku, perbuatanku yang melewati batas dan apa-apa yang
Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Ya Allah, ampunilah urusanku yang
sungguh-sungguh maupun yang bercanda, kesalahan yang tidak disengaja maupun yang
disengaja. Semua itu ada pada diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang aku
lakukan dahulu maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan maupun yang aku
nyatakan dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Engkau adalah
yang mendahulukan dan yang mengakhirkan dan Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu." (Muttafaq Alaih)
[Shahih: Al Bukhari 6035 dan Muslim
2719]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل
السلام]
Tafsir Hadits
Khathiah artinya dosa-dosa. Al-jahlu (bodoh)
lawan dari berilmu. Israaf artinya segala sesuatu yangmelampaui batas.
Fii amri (urusanku) berkaitan dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya
atau hanya berkaitan dengan israaf.
Sabda Nabi, "yang sungguh-sungguh," yaitu sesuatu yang
aku lakukan sungguh-sungguh, lawannya dari canda atau gurau.
Sabda beliau "kesalahan yang sengaja ataupun yang tidak
disengaja," termasuk meng-'athaf-kan sesuatu yang khusus kepada
sesuatu yang umum. Sebab yang namanya kesalahan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh maupun yang dilakukan hanya sekedar gurauan.
Pengulangan yang disebutkan dalam hadits menunjukkan adanya berbagai bentuk
pelanggaran yang terjadi pada umat manusia. Dengan mengakui segala kekeliruan
berarti menyatakan diri tidak terlepas dari berbagai aib, kecuali orang-orang
yang dirahmati Dzat yang Maha Mengetahui Ilmu Ghaib.
Sabda beliau "wakullu dzaalika 'indi," khabarnya
mahdzuf (dihapus), artinya kullu dzaalika maujuudun 'indi (semua
itu ada pada diriku).
Makna "Engkaulah yang mendahulukan," adalah Engkaulah
yang mengedepankan siapa saja di antara makhluk-Mu, sehingga makhluk itu
memiliki sifat yang sempurna dan mampu melaksanakan kewajibannya sebagai hamba
dan itu semua karena taufiq dari-Mu.
Makna "Yang mengakhirkan," artinya Engkaulah yang
mengakhirkan atau membuat siapa saja yang engkau kehendaki menjadi terbelakang.
Yakni dengan menghinakannya atau menjauhkannya dari berbagai kebaikan.
Penulis (Al-Hafizh Ibnu Hajar) berkata, "Pada hadits Ibnu
Abbas Radhiyallahu Anhum tercantum bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
pernah membaca doa ini pada shalat malam sebagaimana yang telah lalu
keterangannya dan Ali Radhiyallahu Anhu juga pernah membaca doa ini setelah
shalat.
Ada perbedaan periwayatan, apakah doa ini diucapkan setelah
salam ataukah sebelum salam. Dalam riwayat Muslim tercantum bahwa doa ini dibaca
setelah bacaan tasyahhud sebelum salam. Ibnu Hibban mencantumkan dalam Kitab
Shahihnya dengan lafazh: "... seusai shalat." Zhahir hadits menunjukkan
bahwa doa ini diucapkan setelah salam. Walaupun masih ada kemungkinan doa
tersebut dibaca sebelum salam dan ada kemungkinan juga dibaca sebelum dan
sesudah salam.
Lihat:
Subulussalam Syarah Bulughul Maram
[سبل السلام]
Nasehat Muslim :
www.nasehat-muslim.blogpsot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar