Nasehat Muslim
وَعَنْ تَمِيمٍ
الدَّارِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «الدِّينُ النَّصِيحَةُ - ثَلَاثًا قُلْنَا: لِمَنْ
هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ،
وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ» أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
1432. Dari Tamim Ad-Dari Radhiyallahu Anhu berkata,
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Agama adalah nasehat"
-tiga kali- Kami bertanya, "Untuk siapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
"Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, untuk para pemimpin dan segenap kaum
muslimin." (HR. Muslim)
[Shahih: Muslim
55]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل
السلام]
Penjelasan Kalimat
"Dari Tamim Ad-Dari Radhiyallahu Anhu
(ia adalah Abu Ruqayyah Tamim bin Aus bin Kharijah. Ia dinisbatkan kepada
kakeknya yang bernama Dar. Dikatakan Ad-Dairi nisbat kepada Dair sebelum
datangnya agama Islam. Sebelum memeluk agama Islam, ia beragama Nasrani dan
tidak ada disebutkan nama Daari atau Dairi di dalam Kitab Shahihain dan Kitab
Al-Muwaththa', kecuali Tamiim. Ia masuk Islam pada tahun ke sembilan Hijriyah.
Ia mampu mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu rakaat dan terkadang ia
mengulang-ulang satu ayat dalam satu malam hingga subuh menjelang. Ia tinggal di
Madinah, lalu pindah ke Syam. Ia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam tentang kisah bertemunya dengan al-jassaasah dan jaddal yang ia alami
sendiri. Kisah ini termasuk kisah yang diriwayatkan oleh shahabat senior dari
shahabat junior. Haditsnya tidak tercantum dalam riwayat Muslim kecuali hadits
ini dan Al-Bukhari tidak ada meriwayatkan haditsnya), ia
berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Agama adalah
nasehat" -tiga kali- (yakni beliau ucapkan tiga kali). Kami bertanya: "Untuk siapa wahai Rasulullah?" (yakni siapa
yang berhak mendapat nasehat tersebut, wahai Rasulullah?) Beliau
menjawab: "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, untuk para pemimpin dan segenap
kaum muslimin." Hadits riwayat Muslim)
Tafsir Hadits
Hadits ini sangat agung dan para ulama berkomentar, "Hadits
ini adalah salah satu dari empat hadits yang menjadi prinsip agama Islam.
An-Nawawi berkata, "Tidak seperti yang mereka sebutkan, akan tetapi hadits ini
merupakan poros tempat beredarnya kaidah-kaidah agama Islam."
Al-Khaththabi berkata, "Nasehat adalah kata yang mengandung
makna yang cukup komplek. Artinya, memberikan keberuntungan kepada orang yang
diberi nasehat. Beliau memberitahukan bahwa agama ini seluruhnya adalah nasehat
karena nasehatlah yang menjadi tiang dan pilar bagi agama."
Maksud, "nasehat untuk Allah" adalah mengimani-Nya,
menampik semua sekutu bagi Allah, tidak mengingkari sifat-sifat-Nya, mensifatkan
Allah dengan sifat-sifat yang sempurna dan mulia, menyucikan-Nya dari segala
sifat kurang, menyucikan-Nya dari penisbatan kepada hal-hal yang buruk,
menaati-Nya, tidak berbuat maksiat, cinta dan benci karena Allah, memberi
loyalitas hanya kepada orang yang menaati-Nya, memusuhi orang yang
mendurhakai-Nya dan sifat lainnya yang wajib pada Dzat Allah. Al-Khaththabi
berkata, "Semua nasehat ini akan bermanfaat untuk diri hamba itu sendiri. Karena
Allah tidak membutuhkan nasehat makhluk-Nya."
Maksud, "Nasehat untuk kitab-Nya," adalah mengimani
bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah yang berasal dari Allah, menghalalkan apa yang
disebutkan halal dalam Al-Qur'an dan mengharamkan apa yang disebutkan haram
dalam Al-Qur'an, menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk, merenungi
makna-maknanya, membacanya sesuai dengan kaidahnya, mengambil
peringatan-peringatannya, memikirkan ancaman-ancamannya, dan memahami
isinya.
Maksud, "Nasehat kepada rasul," adalah mempercayai apa
yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mengikuti segala perintah
dan larangan beliau, mengagungkan hak beliau, menghormati beliau, baik ketika
masih hidup maupun setelah wafat, mencintai apa saja yang beliau perintahkan
untuk dicintai seperti perintah beliau agar mencintai keluarga dan
shahabat-shahabat beliau, mempelajari, dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau
serta menyebarkan, mendakwahkan, dan membela sunnah beliau.
Maksud, "Nasehat kepada pemimpin kaum muslimin,"
adalah membantu mereka dalam menegakkan kebenaran, mematuhi mereka dalam perkara
yang benar, memberikan saran kepada mereka dengan cara yang baik serta
mempraktekkannya, mengingatkan mereka akan kebutuhan kaum muslimin, menasehati
mereka agar bersikap lembut dan adil serta meninggalkan perbuatan batil dan
zhalim, menghapuskan tindak kekerasan dan. anarkis.
Al-Khaththabi berkata, "Di antara bentuk nasehat terhadap
pemimpin kaum muslimin adalah shalat di belakang mereka dan jihad bersama
mereka."
Sebab-sebab kebaikan dari masing-masing pembagian ini terlalu
banyak dan tidak mungkin untuk dibatasi. Ada pendapat yang mengatakan: jika yang
dimaksud pemimpin umat Islam di sini adalah para ulama, maka cara menasehati
mereka adalah dengan menerima fatwa mereka, menghormati, dan menjadikan mereka
sebagai panutan. Pemimpin yang dimaksud dalam hadits mencakup penguasa dan
ulama, karena sebutan pemimpin yang sebenarnya ditujukan kepada penguasa dan
ulama.
Maksud, "Nasehat kepada segenap kaum muslimin," adalah
membimbing mereka untuk meraih kemaslahatan agama dan dunia mereka, tidak
menyakiti mereka, mengajarkan apa saja yang tidak mereka ketahui, menyuruh
mereka berbuat makruf dan melarang mereka berbuat mungkar dan Lain-lain.
Pembicaraan tentang masing-masing bagian ini kemungkinan akan
terlalu panjang dan apa yang telah kita singgung itu sudah cukup. Pembahasan
panjang lebar tentang masalah ini telah kami cantumkan dalam kitab Syarh
Al-Jaami' Ash-Shaagir.
Ibnu Baththal berkata, "Hadits ini menunjukkan bahwa nasehat
juga disebut sebagai din dan Islam. Din disebutkan untuk amalan dan
perkataan." Ia juga berkata, "Nasehat itu hukumnya fardhu kifayah, jika ada
orang yang melaksanakannya, maka yang lain terlepas dari kewajiban tersebut. Dan
nasehat itu merupakan suatu keharusan yang disesuaikan dengan kesanggupan
masing-masing individu. Jika seseorang mengetahui bahwa nasehatnya akan
diterima, perintahnya akan dipatuhi dan dirinya aman dari hal-hal yang tidak ia
inginkan maka ia harus memberikan nasehatnya. Akan tetapi, jika ia khawatir akan
disakiti, maka ia boleh memilih antara menasehati atau tidak. Allahu
a'lam.
Subulussalam, Syarh Bulughul Maram
nasehat-muslim blogpsot co id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar