Laman

Kamis, 24 Oktober 2019

Kebaikan Membawa ke Surga

Gambar terkait


Nasehat Muslim

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1419. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hendaklah kalian berkata jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa akan kepada surga. Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata jujur dan selalu berusaha jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta dapat menyeret kepada kejahatan dan kejahatan dapat menyeret kepada neraka. Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaq Alaih)
[shahih, Al-Bukhari (6094) dan Muslim (2607)]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Penjelasan Kalimat
Ash-shidq (jujur) adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Al-kidzb (dusta) adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Demikianlah makna ash-shidq dan al-kidzb menurut mayoritas madzhab Al-Hadawiyah dan Lain-lain. Al-hidayah artinya petunjuk yang dapat membawa hingga sampai kepada tujuan. Al-birr adalah keleluasaan dalam mengerjakan amal kebaikan. Dan al-birr merupakan suatu ungkapan yang mencakup segala jenis kebaikan dan biasanya disebutkan untuk mengungkapkan sebuah amal shalih yang ikhlas.
Ibnu Baththal berkata, "Sabda beliau, "Sesungguhnya kebaikan itu..." dikuatkan dengan firman Allah Ta'ala,
{إِنَّ الأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ}
"Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan." (QS. Al-Infithar: 13)
Ia juga berkata, "Sabda beliau, "Apabila seseorang bersikap jujur..." Maksudnya, berusaha agar senantiasa bersikap jujur hingga ia berhak menyandang gelar ash-shiddiiq (seorang yang senantiasa jujur). Makna asal dari kata fujuur adalah perusakan, yakni merusak agama. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang condong merusak dan memberikan dorongan untuk berbuat maksiat. Jadi, fujur merupakan suatu ungkapan yang mencakup semua jenis keburukan.
Sabda beliau, "Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta” sama seperti sabda beliau sebelumnya "Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata jujur", yakni apabila seseorang senantiasa berkata dusta maka ia berhak menyandang gelar al-kadzdzaab (orang yang suka berdusta).
Tafsir Hadits
Hadits di atas mengisyaratkan bagi siapa yang berusaha untuk tetap berkata jujur, maka jujur akan mendarah daging pada dirinya. Dan barangsiapa yang dengan sengaja berdusta dan selalu berkata dusta, maka sifat ini juga akan mendarah daging pada dirinya. Dengan latihan dan usaha, sifat baik dan sifat buruk itu dapat dicapai.
Hadits ini menunjukkan betapa agungnya sifat jujur, karena kejujuran akan membimbing pelakunya menuju surga. Hadits ini juga menunjukkan betapa buruknya sifat dusta hingga menyeret pelakunya ke dalam neraka. Demikian juga halnya semasa di dunia, ucapan orang yang jujur akan diterima dan disukai di tengah masy arakat serta diterima persaksiannya oleh para hakim. Lain halnya dengan orang yang suka berkata dusta.

Subulussalam, Syarh Bulughul Maram







nasehat-muslim blogpsot co id

Selasa, 22 Oktober 2019

Jauhilah Prasangka karena Itu Sedusta-dusta Perkataan

Hasil gambar untuk muslim.or.id prasangka


Nasehat Muslim

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «إيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1420. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dusta perkataan." (Muttafaq Alaih)
[shahih, Al-Bukhari (6064) dan Muslim (2563)]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Penjelasan Kalimat
"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jauhilah prasangka (kata zhann dinashabkan karena posisinya sebagai yang diwaspadai), karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dusta perkataan." Muttafaq Alaih (telah berlalu penjelasan dan maknanya. Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa meneliti kebenaran prasangka yang terlintas dalam hati adalah perkara yang dilarang. Oleh karena itu, wajib menolaknya dan tidak memperturutkan prasangka tersebut).

Subulussalam, Syarh Bulughul Maram







nasehat-muslim blogpsot co id

Minggu, 13 Oktober 2019

Hak Jalan: Menundukkan Pandangan, Mencegah Gangguan, Menjawab Salam dan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

Hasil gambar untuk muslim.or.id syirik



Nasehat Muslim

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «إيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا لَنَا بُدٌّ مِنْ مَجَالِسِنَا، نَتَحَدَّثُ فِيهَا، قَالَ: فَأَمَّا إذَا أَبَيْتُمْ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ قَالُوا: وَمَا حَقُّهُ؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَرِ، وَكَفُّ الْأَذَى، وَرَدُّ السَّلَامِ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1421. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan!" Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkannya karena kami biasa mengobrol di sana!" Rasulullah bersabda, "Jika kalian tidak dapat meninggalkannya maka berikanlah hak jalan." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu hak jalan?" Rasulullah bersabda, "Menundukkan pandangan, mencegah gangguan, menjawab salam dan amar ma'ruf nahi mungkar." (Muttafaq Alaih)
[shahih, Al-Bukhari (2465) dan Muslim (2121)]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Penjelasan Kalimat
"Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan!" (thuruqaat dengan mendhammahkan huruf tha' dan ra' bentuk jama' dari kata thariiq). Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkannya karena kami biasa mengobrol di sana!" Rasulullah bersabda, "Jika kalian tidak dapat meninggalkannya (yakni apabila kalian sulit untuk meninggalkan kebiasaan duduk-duduk di pinggir jalan) maka berikanlah hak jalan." Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apa itu hak jalan?" Rasulullah bersabda, "Menundukkan pandangan (dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta'ala, mencegah gangguan yang menimpa orang-orang yang melintas, baik gangguan berupa perkataan dan perbuatan), menjawab salam, (yakni jika orang-orang melintas mengucapkan salam kepada kalian maka jawablah salam mereka, karena sunnahnya orang yang melintas lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang sedang duduk), dan amar ma'ruf nahi mungkar." Muttafaqun 'alaihi
Tafsir Hadits
Iyadh berkata, "Hadits ini merupakan dalil bahwa perintah yang ditujukan kepada shahabat tersebut sebagai anjuran, bukan perkara yang wajib. Seandainya mereka memahami perintah tersebut hukumnya wajib tentunya mereka tidak akan meminta dispensasi dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."
Penulis (Al-Hafizh Ibnu Hajar) berkata, "Mereka meminta dispensasi dengan harapan akan mendapatkan keringanan hukum dengan memberitahukan kebutuhan mereka akan perbuatan tersebut. Dalam hadits-hadits lain terdapat tambahan selain hak jalan yang tercantum dalam hadits di atas.
Dalam riwayat Abu Dawud terdapat tambahan: "...menunjukkan jalan kepada para musafir dan mengucapkan tasymid terhadap orang yang bersin," [Shahih: Abu Daud 4816]
Dalam riwayat Said bin Manshur terdapat tambahan: "...menolong orang yang sedang mengalami kesulitan."
Dalam riwayat Al-Bazzar terdapat tambahan: "...menolong orang untuk mengangkatkan barangnya."
Dalam riwayat Ath-Thabrani terdapat tambahan: "...menolong orang yang sedang terzhalimi dan memperbanyak mengingat Allah."
Abu Dawud menambahkan dalam Kitab Maraasil Yahya bin Ya'mar: "Menunjukkan kepada jalan orang yang sedang tersesat.”
Dalam hadits Abu Thalhah terdapat tambahan: "...bertutur kata yang baik."
Dalam hadits Al-Bara' yang diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi terdapat tambahan: "...menyebarkan ucapan salam."
As-Suyuthi berkata dalam kitab At-Tausyih, "Jumlah seluruhnya sebanyak tiga belas adab. Dan Syaikh Islam Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mencantumkannya dalam bait-bait syair. Penulis (Al-Hafizh Ibnu Hajar) Rahimahullah berkata, "Dan semua adab tersebut aku susun dalam empat bait syair:
جَمَعْت آدَابَ مَنْ رَامَ الْجُلُوسَ عَلَى الـ ... طَرِيقِ مِنْ قَوْلِ خَيْرٍ الْخَلْقِ إنْسَانَا
أَفْشِ السَّلَامَ وَأَحْسِنْ فِي الْكَلَامِ وَشَمِّ ... ت عَاطِسًا وَسَلَامًا رُدَّ إحْسَانًا
فِي الْحَمْلِ عَاوِنْ وَمَظْلُومًا أَعِنْ ... وَأَغِثْ لَهْفَانَ اهْدِ سَبِيلًا وَاهْدِ حَيْرَانَا
بِالْعُرْفِ مُرْ وَانْهَ عَنْ نُكْرٍ وَكُفَّ أَذًى ... وَغُضَّ طَرَفًا وَأَكْثِرْ ذِكْرَ مَوْلَانَا
Kuhimpun adab-adab untuk yang suka duduk di pinggir jalan, Dari sabda seorang insan terbaik.
Tebarkan salam, baguskan tutur kata dan ucapan, Bertasymit terhadap yang bersin dan jawab dengan baik ucapan salam.
Yang sedang kepayahan, tolonglah dan yang terzhalimi bantulah, Tolong yang susah, tunjukkan jalan kepada musafir dan kepada orang yang tersesat.
Untuk kebaikan, perintahkanlah dan untuk kemungkaran laranglah, Cegah semua gangguan, tundukkan pandangan dan perbanyak dzikir kepada Allah.
Hikmah dilarangnya duduk-duduk di pinggir jalan adalah agar terhindar dari berbagai fitnah. Boleh jadi pandangannya tertuju kepada seorang wanita yang sedang melintas, sehingga ia terfitnah dengan wanita tersebut. Dengan nongkrong di pinggir jalan berarti ia wajib melakukan hak-hak Allah dan hak-hak kaum muslimin. Seandainya ia duduk di rumah, tentunya ia tidak wajib melaksanakan hak-hak tersebut. Boleh jadi kewajiban yang diembankan kepada dirinya tidak mampu ia laksanakan. Oleh karena itu, ketika para shahabat minta izin agar dibolehkan duduk di pinggir jalan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberitahukan kepada mereka apa saja hak-hak yang wajib mereka lakukan. Semua hak-hak tersebut tercantum dalam hadits-hadits yang berbeda sebagaimana yang telah disinggung dan akan datang penjelasan untuk sebagian hak-hak tersebut.

Subulussalam, Syarh Bulughul Maram







nasehat-muslim blogpsot co id

Hak Jalan: Menundukkan Pandangan, Mencegah Gangguan, Menjawab Salam dan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar


Hasil gambar untuk sedekah muslim.or.id b


Nasehat Muslim

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «إيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا لَنَا بُدٌّ مِنْ مَجَالِسِنَا، نَتَحَدَّثُ فِيهَا، قَالَ: فَأَمَّا إذَا أَبَيْتُمْ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ قَالُوا: وَمَا حَقُّهُ؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَرِ، وَكَفُّ الْأَذَى، وَرَدُّ السَّلَامِ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1421. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan!" Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkannya karena kami biasa mengobrol di sana!" Rasulullah bersabda, "Jika kalian tidak dapat meninggalkannya maka berikanlah hak jalan." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu hak jalan?" Rasulullah bersabda, "Menundukkan pandangan, mencegah gangguan, menjawab salam dan amar ma'ruf nahi mungkar." (Muttafaq Alaih)
[shahih, Al-Bukhari (2465) dan Muslim (2121)]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Penjelasan Kalimat
"Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan!" (thuruqaat dengan mendhammahkan huruf tha' dan ra' bentuk jama' dari kata thariiq). Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkannya karena kami biasa mengobrol di sana!" Rasulullah bersabda, "Jika kalian tidak dapat meninggalkannya (yakni apabila kalian sulit untuk meninggalkan kebiasaan duduk-duduk di pinggir jalan) maka berikanlah hak jalan." Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apa itu hak jalan?" Rasulullah bersabda, "Menundukkan pandangan (dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta'ala, mencegah gangguan yang menimpa orang-orang yang melintas, baik gangguan berupa perkataan dan perbuatan), menjawab salam, (yakni jika orang-orang melintas mengucapkan salam kepada kalian maka jawablah salam mereka, karena sunnahnya orang yang melintas lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang sedang duduk), dan amar ma'ruf nahi mungkar." Muttafaqun 'alaihi
Tafsir Hadits
Iyadh berkata, "Hadits ini merupakan dalil bahwa perintah yang ditujukan kepada shahabat tersebut sebagai anjuran, bukan perkara yang wajib. Seandainya mereka memahami perintah tersebut hukumnya wajib tentunya mereka tidak akan meminta dispensasi dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."
Penulis (Al-Hafizh Ibnu Hajar) berkata, "Mereka meminta dispensasi dengan harapan akan mendapatkan keringanan hukum dengan memberitahukan kebutuhan mereka akan perbuatan tersebut. Dalam hadits-hadits lain terdapat tambahan selain hak jalan yang tercantum dalam hadits di atas.
Dalam riwayat Abu Dawud terdapat tambahan: "...menunjukkan jalan kepada para musafir dan mengucapkan tasymid terhadap orang yang bersin," [Shahih: Abu Daud 4816]
Dalam riwayat Said bin Manshur terdapat tambahan: "...menolong orang yang sedang mengalami kesulitan."
Dalam riwayat Al-Bazzar terdapat tambahan: "...menolong orang untuk mengangkatkan barangnya."
Dalam riwayat Ath-Thabrani terdapat tambahan: "...menolong orang yang sedang terzhalimi dan memperbanyak mengingat Allah."
Abu Dawud menambahkan dalam Kitab Maraasil Yahya bin Ya'mar: "Menunjukkan kepada jalan orang yang sedang tersesat.”
Dalam hadits Abu Thalhah terdapat tambahan: "...bertutur kata yang baik."
Dalam hadits Al-Bara' yang diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi terdapat tambahan: "...menyebarkan ucapan salam."
As-Suyuthi berkata dalam kitab At-Tausyih, "Jumlah seluruhnya sebanyak tiga belas adab. Dan Syaikh Islam Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mencantumkannya dalam bait-bait syair. Penulis (Al-Hafizh Ibnu Hajar) Rahimahullah berkata, "Dan semua adab tersebut aku susun dalam empat bait syair:
جَمَعْت آدَابَ مَنْ رَامَ الْجُلُوسَ عَلَى الـ ... طَرِيقِ مِنْ قَوْلِ خَيْرٍ الْخَلْقِ إنْسَانَا
أَفْشِ السَّلَامَ وَأَحْسِنْ فِي الْكَلَامِ وَشَمِّ ... ت عَاطِسًا وَسَلَامًا رُدَّ إحْسَانًا
فِي الْحَمْلِ عَاوِنْ وَمَظْلُومًا أَعِنْ ... وَأَغِثْ لَهْفَانَ اهْدِ سَبِيلًا وَاهْدِ حَيْرَانَا
بِالْعُرْفِ مُرْ وَانْهَ عَنْ نُكْرٍ وَكُفَّ أَذًى ... وَغُضَّ طَرَفًا وَأَكْثِرْ ذِكْرَ مَوْلَانَا
Kuhimpun adab-adab untuk yang suka duduk di pinggir jalan, Dari sabda seorang insan terbaik.
Tebarkan salam, baguskan tutur kata dan ucapan, Bertasymit terhadap yang bersin dan jawab dengan baik ucapan salam.
Yang sedang kepayahan, tolonglah dan yang terzhalimi bantulah, Tolong yang susah, tunjukkan jalan kepada musafir dan kepada orang yang tersesat.
Untuk kebaikan, perintahkanlah dan untuk kemungkaran laranglah, Cegah semua gangguan, tundukkan pandangan dan perbanyak dzikir kepada Allah.
Hikmah dilarangnya duduk-duduk di pinggir jalan adalah agar terhindar dari berbagai fitnah. Boleh jadi pandangannya tertuju kepada seorang wanita yang sedang melintas, sehingga ia terfitnah dengan wanita tersebut. Dengan nongkrong di pinggir jalan berarti ia wajib melakukan hak-hak Allah dan hak-hak kaum muslimin. Seandainya ia duduk di rumah, tentunya ia tidak wajib melaksanakan hak-hak tersebut. Boleh jadi kewajiban yang diembankan kepada dirinya tidak mampu ia laksanakan. Oleh karena itu, ketika para shahabat minta izin agar dibolehkan duduk di pinggir jalan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberitahukan kepada mereka apa saja hak-hak yang wajib mereka lakukan. Semua hak-hak tersebut tercantum dalam hadits-hadits yang berbeda sebagaimana yang telah disinggung dan akan datang penjelasan untuk sebagian hak-hak tersebut.

Subulussalam, Syarh Bulughul Maram







nasehat-muslim blogpsot co id

Jumat, 11 Oktober 2019

Barangsiapa Allah Kehendaki Kebaikan maka akan dikaruniai Pemahaman Agama

Hasil gambar untuk muslim.or.id kebaikan


Nasehat Muslim

وَعَنْ مُعَاوِيَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1422. Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhuma berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan atasnya niscaya Allah akan karuniai dia pemahaman dalam agama." (Muttafaq Alaih)
[Shahih: Al Bukhari 81 dan Muslim 1037]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Tafsir Hadits
Hadits di atas menunjukkan pentingnya pemahaman dan ilmu syar'i. Ilmu ini tidak diberikan kecuali kepada orang yang mendapat kebaikan besar dari Allah Ta'ala. Hal ini dapat dif ahami dari kata khairan dalam bentuk nakirah yang menunjukkan posisi orang tersebut.
"Al-fiqh ad-din (pemahaman dalam agama)' yakni mempelajari kaidah-kaidah Islam, mengetahui halal dan haram. Dari persyaratan yang disebutkan dalam hadits ini dapat diketahui bahwa orang yang tidak mendapatkan pemahaman dalam agama berarti Allah tidak ingin memberikan kebaikan kepada dirinya. Pengertian seperti ini tercantum secara tekstual dalam riwayat Abu Ya'la,
«وَمَنْ لَمْ يُفَقَّهْ لَمْ يُبَالِ اللَّهُ بِهِ»
"Barangsiapa yang tidak diberi pemahaman tentang masalah agama berarti Allah tidak peduli terhadap dirinya."
Hadits di atas merupakan bukti yang jelas akan kemuliaan mendapatkan pemahaman dalam masalah agama dan memahami semua disiplin ilmu serta kemuliaan para ulama. Maksudnya, mengetahui ilmu Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. 

Subulussalam, Syarh Bulughul Maram







nasehat-muslim blogpsot co id