Laman

Rabu, 05 Februari 2020

Jangan Marah

Hasil gambar untuk muslim.or.id jangan marah


Nasehat Muslim

وَعَنْهُ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - «أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي قَالَ: لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا، وَقَالَ: لَا تَغْضَبْ» أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.
1393. Dari Abu Hurairah, bahwa seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat." Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan marah!" Ia terus mengulangi pertanyaannya dan beliau tetap menjawab, "Jangan marah." (HR. Al-Bukhari)
[Shahih: Al Bukhari 6116]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Penjelasan Kalimat
"Dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki berkata: "Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat." Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan marah!" Ia terus mengulangi pertanyaannya dan Beliau tetap menjawab, "Jangan marah." Hadits riwayat Al-Bukhari.
Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa yang datang adalah Jaariyah bin Qadaamah dan hadits lain menyebutkan Sufyaan bin Abi Abdullah Ats-Tsaqafi berkata, "Aku berkata, "Ya Rasulullah beritahukan kepadaku suatu ucapan yang dapat bermanfaat untuk diriku." Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Jangan marah niscaya kamu akan masuk surga."
Hadits semacam ini juga diriwayatkan oleh perawi lainnya dari beberapa orang shahabat.
Tafsir Hadits
Hadits di atas menunjukkan larangan marah sebagaimana yang disinggung oleh Al-Khaththabi, "Larangan mendekati hal-hal yang menyebabkan timbulnya kemarahan atau hal-hal yang dapat memancing kemarahan. Adapun marah itu sendiri bukanlah sifat yang dilarang, karena marah merupakan sifat yang sudah ada pada diri setiap manusia.
Ulama lain berpendapat bahwa larangan itu terletak pada perkara yang terjadi sejenak sebelum kemarahan mencuat. Ada juga yang berpendapat: larangan terletak pada efek negatif yang mungkin timbul dari kemarahan tersebut. Contohnya seperti sikap angkuh, sikap ini muncul apabila ada yang menyelisihi urusannya sehingga karena keangkuhannya menyeret dirinya pada kemarahan. Namun bagi yang tawadhu' akan menghilangkan keangkuhan diri dan tidak akan terpancing oleh amarahnya.
Ada pendapat lain yang mengartikan, "Jangan kamu perturutkan nafsu amarahmu."
Pendapat lain: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencukupkan dengan satu nasehat ini karena si penanya adalah seorang pemarah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan fatwa sesuai dengan perkara yang paling dibutuhkan oleh masing-masing orang.
Ibnu Tin berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghimpun semua kebaikan dunia dan akhirat pada sabdanya: "jangan marah!" sebab marah akan menyeret seseorang untuk memutus tali silaturahmi, tidak mampu bersikap lembut dan akan menyeretnya untuk menyakiti orang yang memancing kemarahannya dengan cara yang tidak dibenarkan, sehingga akan mengurangi nilai agama seseorang. Boleh juga ditafsirkan bahwa larangan ini merupakan larangan untuk perbuatan yang ringan, sebagai peringatan terhadap perbuatan terlarang yang lebih besar sebab marah berasal dari hawa nafsu dan setan. Barangsiapa yang mampu mengendalikan gejolak amarahnya dan mampu mengobatinya, berarti ia akan lebih mampu untuk mengendalikan dirinya terhadap perkara-perkara yang lain. Adapun pembahasan tentang marah dan terapinya telah kita singgung pada hadits-hadits yang lalu.

Subulussalam Syarh Bulughul Maram







nasehat-muslim blogpsot co id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar