Nasehat Muslim
وَعَنْهُ - رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ - «أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي قَالَ: لَا
تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا، وَقَالَ: لَا تَغْضَبْ» أَخْرَجَهُ
الْبُخَارِيُّ.
1393. Dari Abu Hurairah, bahwa seorang lelaki berkata, "Wahai
Rasulullah, berilah aku nasehat." Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Jangan marah!" Ia terus mengulangi pertanyaannya dan beliau tetap
menjawab, "Jangan marah." (HR. Al-Bukhari)
[Shahih: Al Bukhari
6116]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل
السلام]
Penjelasan Kalimat
"Dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki berkata: "Wahai
Rasulullah, berilah aku nasehat." Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Jangan marah!" Ia terus mengulangi pertanyaannya dan Beliau tetap
menjawab, "Jangan marah." Hadits riwayat Al-Bukhari.
Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa yang datang adalah
Jaariyah bin Qadaamah dan hadits lain menyebutkan Sufyaan bin Abi Abdullah
Ats-Tsaqafi berkata, "Aku berkata, "Ya Rasulullah beritahukan kepadaku suatu
ucapan yang dapat bermanfaat untuk diriku." Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam
menjawab, "Jangan marah niscaya kamu akan masuk surga."
Hadits semacam ini juga diriwayatkan oleh perawi lainnya dari
beberapa orang shahabat.
Tafsir Hadits
Hadits di atas menunjukkan larangan marah sebagaimana yang
disinggung oleh Al-Khaththabi, "Larangan mendekati hal-hal yang menyebabkan
timbulnya kemarahan atau hal-hal yang dapat memancing kemarahan. Adapun marah
itu sendiri bukanlah sifat yang dilarang, karena marah merupakan sifat yang
sudah ada pada diri setiap manusia.
Ulama lain berpendapat bahwa larangan itu terletak pada
perkara yang terjadi sejenak sebelum kemarahan mencuat. Ada juga yang
berpendapat: larangan terletak pada efek negatif yang mungkin timbul dari
kemarahan tersebut. Contohnya seperti sikap angkuh, sikap ini muncul apabila ada
yang menyelisihi urusannya sehingga karena keangkuhannya menyeret dirinya pada
kemarahan. Namun bagi yang tawadhu' akan menghilangkan keangkuhan diri dan tidak
akan terpancing oleh amarahnya.
Ada pendapat lain yang mengartikan, "Jangan kamu perturutkan
nafsu amarahmu."
Pendapat lain: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mencukupkan dengan satu nasehat ini karena si penanya adalah seorang pemarah dan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan fatwa sesuai dengan perkara
yang paling dibutuhkan oleh masing-masing orang.
Ibnu Tin berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
telah menghimpun semua kebaikan dunia dan akhirat pada sabdanya: "jangan
marah!" sebab marah akan menyeret seseorang untuk memutus tali silaturahmi,
tidak mampu bersikap lembut dan akan menyeretnya untuk menyakiti orang yang
memancing kemarahannya dengan cara yang tidak dibenarkan, sehingga akan
mengurangi nilai agama seseorang. Boleh juga ditafsirkan bahwa larangan ini
merupakan larangan untuk perbuatan yang ringan, sebagai peringatan terhadap
perbuatan terlarang yang lebih besar sebab marah berasal dari hawa nafsu dan
setan. Barangsiapa yang mampu mengendalikan gejolak amarahnya dan mampu
mengobatinya, berarti ia akan lebih mampu untuk mengendalikan dirinya terhadap
perkara-perkara yang lain. Adapun pembahasan tentang marah dan terapinya telah
kita singgung pada hadits-hadits yang lalu.
Subulussalam Syarh Bulughul Maram
nasehat-muslim blogpsot co id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar